TUGAS 8 : ANALISIS TENTANG MASALAH SARA
TUGAS 8
ANALISIS TENTANG MASALAH SARA
DISUSUN OLEH :
NOVITA RAMADINI
1PA09
14519847
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mengenai “Analisis Tentang SARA” . Makalah ini disusun dan dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Dalam penyusunan makalah, saya merasa masih banyak kekurangan dalam pengerjaan makalah ini, baik dari susunan, kalimat, maupun dalam materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun belum sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.
Akhir kata saya berharap dengan adanya makalah ini, bisa membantu pembaca dan dapat memberikan manfaat maupun memberikan inspirasi terhadap pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Depok ,5 Februari 2020
Novita Ramadini
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi SARA.................................................................................................... 3
2.1.1 Definisi Suku.......................................................................................... 3
2.1.2 Definisi Agama....................................................................................... 5
2.1.3 Definisi Ras............................................................................................. 6
2.1.4 Definisi Antar golongan.......................................................................... 6
2.2 Contoh Konflik SARA di Indonesia.................................................................. 7
2.3 Penyebab Masalah SARA................................................................................... 9
2.4 Dampak Masalah SARA..................................................................................... 10
2.5 Alternatif Penanggulan Masalah SARA............................................................. 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 13
3.2 Saran.................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
SARA adalah merupakan singkatan dari Suku agama dan Ras antar Golongan serta adat istiadat. Keempat hal tersebut adalah merupakan isu penting jika dikaitakan dengan peristiwa pertentangan dan konflik dalam masyarakat. Dalam suatu tatanan sosial masyarakat perbedaan antara suku ras dan agama sangatlah majemuk dan beragam. keberangaman tersebut sesungguhnya menjadi salah satu kekayaan tersendiri yag dimiliki oleh negara Republik Indonesia.
Disisi lain isu SARA terkadang mendatangkan dampak negatif dan bahkan berdampak pada terjadinya pertentangan dan konflik yng berkepanjangan yang justru merugikan dan bahkan mengahambat laju pembangunan. Secara khusus terdapatnya perbedaan Suku di Indonesia disebabkan oleh karena indonesia adalah merupakan negara yang terdiri dari beberapa pulau yang memiliki karakter masyarakat, kebudayaan, kebiasaan, adat istiadat dan kepercayaan yang berbeda. Kemajemukan tersebut yang menjadi ciri khas dari negara kesatuan Republik Indonesia. Dalam konteks wawasan Nusantara keterpaduan dan persatuan yang terjalin menjadi wawasan nusantara mejadi kebanggaan tersendiri. Di Indonesia terdapat Suku-suku diantaranya Bugis, Makasar, Menado, Jawa, Sunda, Batak dan sebagainya.
Selain kemajemukan suku tersebut dengan karakteristik yang berbeda juga terdapat kemajemukan dan perbedaan kepercayaan yang dianut oleh maisng-masing kelompok atau suku tertentu. Di indonesia terdapat lima macam agama yang diakui diantaranya Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Buddha, dan terdapat beberapa jenis aliran kepercayaan yang dapat dijalankan oleh pemeluknya di Negara Republik Indonesia.
Disamping memiliki dampak positif dari kemajemukan tersebut, disisi lain sesungguhnya sangat rentan untuk terjadi konflik pertentangan antara suku, agama dan ras. Konflik tersebut harus di eliminir seminimal mungkin agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan. akan tetapi dari keberagaman tersebut sejarah telah membuktikan bahwa telah terjadi pertentangan dan konflik yang berkepanjangan yang dilatar belakangi oleh isu SARA.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan SARA ?
2. Apa yang dimaksud dengan Suku ?
3. Apa yang dimaksud dengan Agama ?
4. Apa yang dimaksud dengan Ras ?
5. Apa yang menyebabkan terjadinya masalah SARA ?
6. Apa dampak dari terjadinya masalah SARA ?
7. Bagaimana alternatif penanggulan masalah SARA ?
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Memahami definisi SARA
2. Memahami definisi Suku
3. Memahami definisi Agama
4. Memahami definisi Ras
5. Mengetahui penyebab terjadinya masalah SARA
6. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari masalah SARA
7. Mengetahui alternatif penanngulangan masalah SARA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi SARA
SARA adalah akronim dari Suku Ras Agama dan Antar golongan. SARA adalah pandangan ataupun tindakan yang didasari dengan pikiran sentimen mengenai identitas diri yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Yang digolongkan sebagai sebuah tindakan SARA adalah segala macam bentuk tindakan baik itu verbal maupun nonverbal yang didasarkan pada pandangan sentimen tentang identitas diri atau golongan. SARA dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yakni:
1. Pertama, Individual. Di mana tindakan SARA dilakukan oleh individu atau golongan dengan tindakan yang bersifat menyerang, melecehkan, mendiskriminasi, atau menghina golongan lainnya.
2. Kedua, Institusional. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan oleh institusi atau pemerintah melalui aturan atau kebijakan yang bersifat diskriminatif bagi suatu golongan.
3. Ketiga, Kultural. SARA yang dikatagorikan di sini adalah tindakan penyebaran tradisi atau ide-ide yang bersifat diskriminatif antar golongan.
2.1.1 Definisi Suku
Pengertian suku merupakan kelompok golongan sosial yang terdapat di kalangan masyarakat yang digunakan untuk membedakan suatu golongan yang satu dengan golongan lainnya. Biasanya tiap-tiap suku ini memiliki ciri khas tersendiri. Suku juga dapat diartikan sebagai suatu golongan manusia yang terikat dengan tata kebudayaan masyarakat tertentu. Nah untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dipaparkan pengertian suku yang dikemukakan oleh beberapa para ahli.
Pengertian Suku Menurut Para Ahli
1. Frederick Barth
Menurutnya suku merupakan himpunan manusia yang memiliki atau mempunyai kesamaan dari segi ras, agama, asal-usul bangsa, juga sama-sama terikat didalam nilai kebudayaan tertentu.
2. Koentjaraningrat
Menurutnya Pengertian suku merupakan sekelompok manusia yang menyatu dengan budaya setempat itu dengan secara sadar, serta biasanya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang sama.
3. Raroll
Menurut beliau suku itu merupakan golongan manusia yang mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya dengan berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Suatu kelompok tersebut bisa diakui sebagai suku apabila memiliki ciri khas tersendiri didalam hal budaya, bahasa, agama, perilaku, ataupun juga ciri-ciri biologis.
4. Ensiklopedia Indonesia
Menurut Ensiklopedia Indonesia Pengertian suku adalah kelompok sosial yang memiliki atau mempunyai kedudukan tertentu disebabkan faktor garis keturunan, adat, agama, bahasa, serta lain sebagainya. Biasanya tiap anggota suku itu memiliki kesamaan dalam hal sejarah, bahasa, adat istiadat serta juga dalam tradisi.
Ciri-Ciri Suku
Dibawah ini merupakan ciri khas suatu suku yang membedakannya suku yang satu dengan suku yang lain, diantaranya:
1. Perbedaan ciri fisik
Perbedaan dari ciri fisik ini ialah ciri pertama yang membedakan suatu suku dengan suku lainnya. Tiap-tiap suku itu biasanya mempunyai ciri fisik tersendiri yang membedakannya dengan suku lain. Contohnya seperti saja suku Jepang yang mempunyai warna kulit kuning langsat. Sedangkan untuk suku bangsa Afrika itu kebanyakan mempunyai warna kulit hitam.
2. Perbedaan bahasa
Tiap-tiap suku itu mempunyai cara bahasa tersendiri, baik itu bahasa nasional atau juga bahasa adat. Tidak hanya itu saja, masing-masing dari suku itu biasanya juga mempunyai cara penyampain (logat) bahasa tersendiri. Oleh sebab itulah, kita dapat mengetahui suku seseorang itu dari cara penyampain atau logat yang ia pakai pada saat berbicara.
3. Perbedaan kebudayaan
Selain berbeda dari segi penampilan fisik serta juga bahasa, Tiap-tiap suku juga mempunayai kebudayaan tersendiri yang menjadi salah satu ciri khas dari masing-masing suku. Contohnya, kebudayaan dari suku yang ada di India tentu saja berbeda dengan kebudayaan suku yang ada di Eropa. Perbedaan kebudayaan tersebut dapat kita lihat dari segi adat istiadat, kesenian, serta lain sebagainya.
4. Memiliki wilayah domisili
Kalau untuk Indonesia sekarang ini mungkin sudah banyak tiap suku itu menyebarkan ditiap-tiap daerah, Namun tetap tiap-tiap suku itu memiliki wilayah domisili tersendiri. Contohnya seperti suku Batak yang berdomisili di pulau Sumatera, suku Toraja yang berdomisili di Sulawesi, dan lain sebagai.
2.1.2 Definisi Agama
Pengertian agama adalah tata cara yang mengatur peribadahan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta tata cara yang mengatur hubungan manusia dengan manusia yang lain serta manusia dengan lingkungannya, yang merupakan bagian dari makhluk ciptaan Tuhan.
Agama-agama tertentu serta kepercayaan tertentu banyak mempunyai narasi, dan simbol serta sejarah suci yang mempunyai maksud untuk menjelaskan berbagai macam makna kehidupan dan menjelaskan asal usul kehidupan dari alam semesta ini.
1. KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau sering disingkat dengan KBBI, agama merupakan suatu sistem yang mampu mengatur tata keimanan dan kepercayaan serta ibadah pada Tuhan Yang Maha Kuasa disertai dengan tata kaidah yang berkaitan langsung dengan ciri pergaulan manusia dengan manusia lainnya ataupun manusia dengan lingkungan sekitarnya.
2. Etimologi
Istilah agama merujuk dari bahasa Sanskreta yang bermakna suatu tradisi atau tidak kacau karena berasal dari kata at dan gama. Agama juga dapat diartikan sebagai sebuah kumpulan aturan yang dapat mengarahkan manusia dalam arah dan tujuan tertentu yang baik dan benar.
Fungsi Agama
Agama ada di Indonesia bukan tanpa fungsi tertentu. beberapa fungsi dari eksistensi agama di dunia ini adalah diantaranya :
1. Mampu memberikan pandangan dunia kepada manusia dan berpengaruh pada kebudayaan manusia.
2. Mampu menjawab berbagai macam pertanyaan yang mungkin tidak mampu dijawab oleh sesama manusia lain.
3. Mampu memberikan rasa kekitaan yang nantinya akan dipunyai dan diyakini oleh sekumpulan manusia.
4. Mampu berperan dalam sebuah peranan sosial karena mengandung garis kode etika bagi setiap penganutnya.
5. Mampu dijadikan sebagai sumber pedoman dalam berkehidupan.
6. Mampu dijadikan aturan dalam berhubungan antara manusia dengan Tuhannya, antar sesama makhluk hidup, dan hubungan lainnya dalam kehidupan.
7. Menentukan suatu tuntunan mengenai prinsip yang salah dan yang benar.
8. Menjadikan pedoman untuk dapat mengungkap suatu kebersamaan.
9. Dijadikan pedoman dalam membentuk sebuah keyakinan dan membentuk nilai nilai dalam kehidupan.
10. Mengungkapkan bentuk dari keindahan dan sebagai pedoman dalam berekreasi atau hiburan, serta
11. Berfungsi untuk memberi suatu identitas pada umat manusia karena telah menjadi bagian dari sebuah agama.
2.1.3 Definisi Ras
Ras adalah sekelompok orang yang tinggal terisolasi di suatu daerah yang menampilkan suatu bentuk ciri tubuh tertentu. Bentuk ciri khas ini menjadi kuat karena perkawinan yang cenderung dalam kelompok sendiri atau terisolasi. Ras merupakan kumpulan manusia yang memiliki sejumlah ciri khas yang tampak dalam presentase besar.
Ciri khas yang dijadikan tolak ukur pembedaan suatu ras sebagian besar berdasarkan ciri-ciri fenotif yang terdiri dari ciri kualitatif (misalnya warna kulit, bentuk hidung, dan bulu atau rambut, serta mata) dan ciri kuantitatif (misalnya berat badan dan indeks cephalicus) yang dapat dihitung menggunakan metode antropometri. Untuk beberapa hal, dibawah ini terdapat beberapa contoh yang membahas bentuk hidung, mata dan bulu di tubuh.
2.1.4 Definisi Antargolongan
Anantomi atau Antar golongan dalam SARA bisa diartikan sebagai berikut :
1. Max Weber mengatakan bahwa golongan adalah “Suatu Kumpulan Manusia Dalam Satu Wadah Kemasyarakatan”
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia, golongan adalah “Golongan Masyarakat Dalam Satu Wilayah Yang Lebih Menonjolkan Identitas Dari Jenis Mereka”.
2.2 Contoh Konflik SARA di Indonesia
Berikut ini akan diuraikan pola – pola konflik yang dapat dikatagorikan sebagai konfik yang bernuansa SARA. Sejak runtuhnya pemerintahan Soeharto beberapa daerah di Indonesia, serta di Maluku, NTT, NTB, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tengah, dilanda konflik yang bernuansa SARA. Dalam penjelasan ini akan dipaparkan secara ringkas tiga peristiwa konflik SARA yang terjadi di Kupang Nusa Tenggara Timur, di Mataram Nusa Tenggara Barat, dan Sambas di Kalimantan Barat. Tiga peristiwa konflik ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi berkerjasama denga LIPI ( Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ).
1. Kerusuhan di Kupang NTT
Kerusuhan di Kupang NTT terjadi pada tanggal 30 Nopember 1998. Konflik ini disebabkan oleh masalah tergesernya sumber ekonomi penduduk lokal oleh para pendatang, yang juga dipengaruhi konflik agama dan politik. Pergeseran ini juga menimbulkan masalah lain antara penduduk asli dan pendatang. Stereotip sering muncul dan menimbulkan kebencian. percepatan perkembangan perekonomian dan perkembangan agama islam. Hal ini menimbulkan masalah baru yaitu adanya kesenjangan sosial antara penduduk asli dan pendatang. Penduduk lokal yang mayoritas yang beragama Kristen Protestan lebih menyukai sektor birokrasi dibanding bergerak dibidang swasta. Akibatnya tingkat kesejahteraan ekonomi mengikuti dan tergntung pada kenaikan gaji dari pemerinth. Selain itu umumnya banyak y tani dan lain sebaginya. Akibat ini semua terjadi perbandingan tebalik antara pola penguasaan ekonomi dan perbandingan jumlah penduduk. Sumber masalah tersebut pada kenyataannya tidak berdiri sendiri, karena didalam masyarakat terdapat sejumlah sumber lain yang berfungsi sebagai pemercepatan ketegangan yaitu memori sosial antar etnik dan suku serta agama dalam konflik histories diantara mereka di masa lalu. Agama dan suku juga menjadi basis konflik dalam perebutan kekuasaan dan birokrasi di Kupang. selain itu kondisi sosial antar suku agama, ras, dan golongan yang longgar dan rapuh juga ikut mendorong ketegangan.
2. Kerusuhan di Sambas Kalimantan Barat
Konfik antar etnik seolah – olah tidak dapat dilepaskan dari realitas sosial sepanjang sejarah Kalimantan Barat. Ini disebabkan Kalimantan Barat merupakan daerah yang heterogen. kerusuhan etnik yang berlangsung di Kalimantan Barat bersumber dari adanya rivalitas antar etnik yang berlangsung sejak lama. Kerusuhan antar etnik ini sudah berlangsung semenjak tahun 1950-an, kususnya pertikaian antara suku Madura melawan suku Dayak yang nyaris tiada henti. Hubungan antar suku di wilayah Kalimantan Barat pada umumnya tidak dapat berlangsung dengan baik dan harmonis, khususnya antara suku pendatang Madura dan penduduk asli Dayak dan Melayu. Selama berpuluh – puluh tahun hubungan antara suku – suku yang berkonflik lebih mengemukakan dibanding kerjasama, dan integrasi gkerjasama, dan integrasi gagal terwujud. Antara suku – suku yang bertikai jarang ada kerjasama dalam berbagi aktivitas sosial seperti gotongroyong dan sebagainya. Integrasi dan kerjasama tidak terwujud karena adanya konflik kultural maupun pola pemukiman yang tersegregasi secara eksklusif. kondisi ini diperparah oleh daya dukung lingkungan yang semakin menurun akibat kerusakan lingkungan dan aparat keamanan tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai aparat penegak hokum.
3. Kerusuhan di Mataram NTB
Sumber masalah kerusuhan di Mataram dan sekitarnya pada tanggal 17 januari 2000, di sebabkan oleh provokasi dari para elit politik tertentu yang menyebabkan terjadinya kerusuhan di wilayah tersebut. Kerusuhan di Mataram juga sebagai dampak dari fanatisme agama pemeluknya (terutama Islam di Mataram) berhadapan dengan agresifitas penyebaran agama Kristen, yang sering memicu konflik berdimensi agama terjadi antara pemeluk Islam dan Hindu, tetapi dalam kehidupan sehari-hari di Mataram pemeluk Hindu mampu mengemas pola penyebaran agamanya secara rapi dan tidak menrcolok, sehingga tidak menimbulkan reaksi dari pihak mayoritas. Sementara penyebaran agama Kristen dianggap sangat agresif, dengan penonjolan pembangunan rumah ibadah di pusat kota, yang menimbulkan kebencian mayoritas Islam terhadapnya. Apalagi hal itu juga diikuti oleh konflik yang terjadi di Ambon antara Islam dan Kristen, membuat hubungan antara Islam dan Kristen di Mataram menjadi tegang. Kondisi ini diperparah oleh adanya kesenjangan ekonomi antara penduduk lokal yang umumnya muslim dan kaum pendatang yang umumnya nasrani. Konflik ini juga turut dipercepat oleh ketidak siapan aparat keamanan dalaam mengamankan acara Tabliq Akbar tanggal 17 Januari 2000. Di samping akar masalah dan faktor pemercepat tersebut, kerusuhan Mataram juga dipicu atau disulut oleh seorang penceramah yang memprovokasi masa pada acara Tabliq Akbar tersebut.
2.3 Penyebab Masalah SARA
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan)
1. Pemahaman Sempit Para Penganut Paham yang Menganggap Paham yang Dianut Paling Benar
Penyebab konflik sara yang pertama adalah karena adanya pandangan bahwa kepercayaan yang di anut merupakan yang paling benar. Padahal paham yang demikian merupakan paham yang harus dihindari. Memiliki paham yang demikian akan memunculkan pemikiran yang berbahaya. Dengan menganggap keyakinan yang dianut yang paling benar dan keyakinan lain salah hal ini dapat menyebabkan dominasi dari penganut kepercayaan tententu.
2. Mengedepankan Paham Radikalisme
Kelompok yang memaksakan kehendak mereka dan merendahkan agama lain merupakan kelompok yang selayaknya harus segera di adili. Tidak jarang mereka menggunakan jalan kekerasan agar tujuannya diakui dan diaetujui oleh mayoritas masyarakat. Kelompok radikal banyak muncul di daerah dengan paham dan pandangan sempit akan perbedaan. Bahkan beberapa petinggi negara tergabung, dan mengikuti paham ini seperti penyebab konflik sosial paling umum.
3. Kurangnya Kesadaran Masyarakat Akan Toleransi dan Keharmonisan
Toleransi merupakan salah satu upaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan antar umat beragama. Apalagi menghadapi segala perbedaan yang ada tentu toleransi harus diutamakan. Jika toleransi tidak dipegang sepenuhnya maka dunia tidak akan mampu berjalan dengan harmonis.
4. Perbedaan orientasi nilai budaya dan masing-masing saling memaksakan kehendak
5. Tertutupnya pintu komunikasi antar masing-masing pihak sehingga tidak bisa saling memahami pola budaya
6. Kepemimpinan yang tidak efektif, pengambilan keputusan yang tidak adil
7. Ketidakcocokan peran-peran sosial, yang disertai dengan pemaksaan kehendak
8. Terjadinya perubahan sosial budaya yang bersifat revolusioner, sehingga terjadi disintegrasi sosial-budaya.
2.4 Dampak Masalah SARA
1. Ketegangan Antara Individu atau Kelompok yang Berkonflik
Konflik sara bisanya diawali terjadi karena adanya perbedaan pendapat dan cara pandang antara lebih dari satu penganut agama seperti latar belakang yugoslavia . Konflik dimulai dari individu kemudian berkembang ke kolompok yang lebih besar dan melibatkan lebih banyak orang terseret didalamnya. Akibat awal yang akan terjadi dari timbulnya konflik ini adalah tentu ketegangan antara individu dan kelompok yang berkonflik. Jika tidak segera diredam maka ketegangan ini akan dapat menimbulkan konflik lain yang lebih besar lagi.
2. Memicu Tindak Kekerasan
Setelah timbulnya ketegangan maka secara psikologis akan mempengaruhi jiwa seseoramg dan dapat memicu timbulnya tindak kekerasan. Tindakan ini biasanya timbul dalam konflik antara dua kelompok yang memiliki pemikiran radikal. Mereka tidak segan segan menggunkan tindak kekerasan agar tujuannya mendapat pengakuan dan di benarkan. Padahal dari sini saja kita dapat melihat bahwa tindakan ini merupakan tindakan yang salah.
3. Jatuhnya Korban Jiwa dan Kerugian Harta Benda
Kondisi keamanan yang tidak stabil, kerusuhan dan kekerasan yang terjadi tentu saja menimbulkan korban yang berjatuhan. Entah itu korban luka, atau bahkan hingga meninggal tidak dapat dihindari seperti pada latar belakang konflik kamboja . Akibatnya konflik akan semakin memanas, karena banyaknya korban yang berjatuhan yang akan menyebabkan salah satu pihak tidak terima dan berusaha untuk membalas. Maka, tidak perlu menunggu lama agar perang pecah. Tidak hanya korban jiwa yang berjatuhan, harta benda juga akan tidak luput dampak konflik.
4. Mengancam Keutuhan Persatuan dan Kesatuan Dalam Kehidupan Berbangsa
Dengan kondisi yang terjadi pada poin sebelumnya, maka kerukunan antar umat beragama akan hilang. Sehingga persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bernegara akan runtuh. Dengan demikian maka tinggal menunggu waktu saja.
5. Kehancuran Sebuah Negara
Yugoslavia menjadi negara yang harus menyerah pada konflik sara yang timbul. Kini negara tersebut hanya menyisakan sejarahnya saja. Hal ini menjadi bukti bahwa jika pemerintah tidak segera bertindak dan melakukan pengendalian konflik sosial dan menganggap konflik sara sebagai konflik yang tidak serius. Maka tentu yang akan terjadi di Yugoslavia juga akan terjadi pada negara lain yang sedang di landa kecamuk konflik sara. Pemerintah harus berperan secara aktif dengan mengebuk pihak yang dapat memicu timbulnya konflik sara.
2.5 Alternatif Penanggulangan Masalah SARA
Strategi penyelesaian konflik, antara lain:
· Pertama, melakukan manajemen konflik. Manajemen konflik adalah: “tindakan konstruktif yang direncanakan, diorganisasi, digerakkan dan dievaluasi secara teratur atas semua usaha demi mengakhiri konflik”. Ada delapan konsep dalam melakukan manajemen konflik, yaitu:
1. Pengakuan diri bahwa dalam setiap masyarakat selalu ada konflik
2. Analisis situasi yang menyebabkan konflik
3. Analisis pola perilaku pihak-pihak yang terlibat konflik
4. Menentukan pendekatan konflik yang dapat dijadikan model penyelesaian
5. Membuka semua jalur-jalur komunikasi, baik langsung atau tidak langsung
6. Melakukan negoisasi atau perundingan dengan pihak-pihak yang terlibat konflik
7. Rumuskan beberapa anjuran, alternatif, konfirmasi relasi sampai tekanan
8. Hiduplah dengan penuh motivasi kerja dengan konflik
· Kedua, melakukan analisis konflik, yaitu melakukan penelitian tentang pola budaya antar etnik atau kelompok yang sedang konflik. Tujuan penelitian ini adalah:
1. Akan dapat melacak sejarah etnik, karena sejarah budaya etnik sangat menentukan karakter etnik masing-masing
2. Menjelaskan faktor penyebab konflik antar etnik
3. Melakukan interpretasi terhadap konflik etnik dengan melihat sebab-sebabnya
4. Mengelaborasi nasionalisme etnik dan peranannya dalam eskalasi konflik sosial
5. Menggambarkan situasi khusus yang terjadi dalam kondisi kekinian dan meprediksi kondisi keakanan
· Ketiga, melakukan pendidikan komunikasi lintas budaya. Diantara strategi pendidikan komunikasi lintas budaya adalah memberlakukan pendidikan multikultural yang terintegrasi pada setiap mata pelajaran di setiap satuan pendidikan. Inti pendidikan multikultural adalah, demokratisasi, humanisasi dan pluralis (Sutrisno, L. 2003; Suryadinata, L., dkk. 2003).
Upaya Penanggulangan Masalah SARA
Dari hasil analisis diperlukan suatu upaya pembinaan yang efektif dan berhasil, diperlukan pula tatanan, perangkat dan kebijakan yang tepat guna memperkukuh integrasi nasional antara lain:
1. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu.
2. Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk selalu membangun consensus.
3. Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek kehidupan dan pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah.
5. Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpinan yang arif dan bijaksana, serta efektif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpuan yang dapat diambil, SARA adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan sebagai tidakan SARA. Tindakan ini mengebiri dan melecehkan kemerdekaan dan segala hak-hak dasar yang melekat pada manusia.
3.2 Saran
Untuk menghindari terjadinya konflik SARA, diharapkan untuk masyarakat saling tenggang rasa dan menghormati setiap perbedaan yang ada. Dan untuk pemerintah diharapkan untuk bijaksan dan adil dalam mengambil keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
http://davitariputra-david.blogspot.com/2012/01/alternatif-penanggulangan-masalah-sara.html, diakses pada tanggal 5 Februari 2020
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-suku-bangsa/, diakses pada tanggal 5 Februari 2020
http://sarailkoma.blogspot.com/2013/01/tugas-makalah.html, diakses pada tanggal 5 Februari 2020
https://pendidikan.co.id/suku/, diakses pada tanggal 5 Februari 2020
https://belajargiat.id/agama/, diakses pada tanggal 5 Februari 2020
http://puspensos.kemsos.go.id/home/br/697, diakses pada tanggal 5 Februari 2020
http://tamanmacah.blogspot.com/2013/06/konflik-antar-etnis-sara_487.html, diakses pada tanggal 5 Februari 2020
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3869107/sara-adalah-isu-sensitif-berikut-arti-dan-penjelasannya, diakses pada tanggal 5 Februari 2020
https://hukamnas.com/penyebab-konflik-sara, diakses pada tanggal 5 Februari 2020
http://nidanabila03.blogspot.com/2015/01/makalah-pkn.html, diakses pada tanggal 5 Februari 2020
https://www.scribd.com/doc/76624667/Makalah-Sara, diakses pada tanggal 5 Februari 2020
Comments
Post a Comment