TUGAS 4 : TARI DAERAH

TUGAS 4


TARI “LAMBANGSIH”
DARI SURAKARTA, JAWA TENGAH



DISUSUN OLEH :
NOVITA RAMADINI
1PA09
14519847
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2019





KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mengenai “Tari Lambangsih dari Surakarta,Jawa Tengah” . Makalah ini disusun dan dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Dalam penyusunan makalah, saya merasa masih banyak kekurangan dalam pengerjaan makalah ini, baik dari susunan, kalimat, maupun dalam materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun belum sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.
Akhir kata saya berharap dengan adanya makalah ini, bisa membantu pembaca dan dapat memberikan manfaat maupun memberikan inspirasi terhadap pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.


Depok ,6 November 2019


                                                                                                Novita Ramadini









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii         
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................... 2
1.3  Maksud dan Tujuan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Tentang tari Lambangsih..................................................................................... 3
2.2  Tata rias tari Lambangsih ................................................................................... 4
2.3  Tata busana tari Lambangsih............................................................................... 5
2.4  Gerakan tari Lambangsih.................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 13       











BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Tari tradisional adalah sebuah tata cara menari atau menyelenggarakan tarian yang dilakukan oleh sebuah komunitas etnik secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Menari adalah sebuah ungkapan gerak emosional dengan pola gerak tubuh yang ekspresif dan komunikatif (Hidajat, 2005). Menari dapat menyehatkan tubuh, karena menari merupakan salah satu aktivitas fisik yang lebih banyak melakukan gerak dengan kelincahan tubuh, kelenturan tubuh, daya tahan dan power yang akan membakar energi dalam tubuh seperti kita berolahraga.
Jika semua bagian tubuh digerakkan maka lemak yang ada ditubuh kita akan menurun. Tidak hanya itu, jika lemak tubuh berkurang, maka berat badan kita akan menurun, apabila berat badan sudah turun dan berada dititik ideal yang sudah ditentukan dalam rumusan IMT (Indeks Massa Tubuh) yaitu berada dititk 19 – 23 maka tubuh akan sangat nyaman untuk berakatifitas (Afiathudin, 2014).
Tarian Lambangsih dari Surakarta,Jawa Tengah  merupakan salah satu tarian tradisional yang merupakan perwujudan dari hubungan percintaan Dewa-Dewi yang penuh kasih, kemesraan dan kesetian. Dalam tari lambangsih menggambarkan hubungan percintaan yang bersifat tulus suci,penuh kedamaian dann cinta, serta tidak terdapat konflik maupun keteganan hati.
Tari lambangsih disusun oleh S. Maridi pada tahun 1973, yang isinya menceritakan tentang kisah percintaan antara Dewa dan Dewi cinta yaitu Bethara Kumajaya dan Bethari Kumaratih. Tari ini pada waktu itu disusun untuk memenuhi permintaan dari Tumenggung Yasadipura yang akan disumbangkan kepada sahabatnya yang sedang punya hajatan pernikahan putrinya. Lambangsih mempunyai rasa yaitu selalu senang, bahagia, gembira, dimana dalam rumah tangga selalu tercerminkan rasa cinta kasih.



1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa filosofi yang terdapat dalam pakaian tari Lambangsih ?
2.      Apa makna dari tari Lambangsih ?
3.      Apa saja gerak tari Lambangsih ?
1.3  MAKSUD DAN TUJUAN
1.      Mengetahui makna dari tari Lambangsih
2.      Mengetahui gerakan tari Lambangsih






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TENTANG TARI LAMBANGSIH
Tari Lambangsih pada awal mulanya diciptakan oleh seorang empu tari tari tradisi Surakarta S. Maridi pada tahun 1973. Tari Lambangsih diciptakan atas anjuran Raden Tumenggung Yasadipura pada acara resepsi pernikahan putra dari bapak Panji, salah seorang kerabat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Tari Lambangsih sebagai salah satu tari dalam acara ritual, dipersembahkan kepada kedua mempelai, untuk dihayati sebagai pasangan hidup, yang penuh liku- liku dalam mengarungi bahtera kehidupan yang akan datang. Dalam tarian Lambangsih digambarkan gelombang asmara antara pasangan muda mudi yang sedang memadu kasih. Nuansa sacral tampak tebal, didalamnya berisi perumpamaan/ sanepan tentang perjalanan cinta kasih sepasang manusia.
            Disisi lain tari Lambangsih yang disajikan pada acara resepsi pernikahan merupakan sajian hiburan bagi hadirin yang diundang maupun juga sebagai sajian estetik pada orang- orang tertentu. Fungsi tari Lambangsih dalam hal ini bagi hadirin sebagai penghibur. Pada dua dasawarsa terakhir ini banyak bermunculan  garapan tari semacam tari Lambangsih yang banyak dipentaskan pada acara- acara pernikahan diantaranya : beksan Endah, tari Enggar- enggar, tari Driasmara, tari Maesa Jenar Rara Wilis dan lain sebagainya.
            Kata Lambangsih ditinjau dari etimologi merupakan kata bentukan yang berarti percintaan. Dalam kamus Bausastra Jawa oleh S. Prawira Atmojo tahun 1993 disebutkan bahwa Lambangsih berasal dari kata lambang dan asih. “Lambang” berarti syair, perumpamaan, kata- kata yang bertujuan untuk nasehat. Kata “asih” berarti cinta, kasih, sayang, asmara, birahi. Dengan pengertian ini dapat ditarik kesimpulan sementara, bahwa tari Lambangsih merupakan sebuah karya tari yang berisi nasehat tentang kasih sayang yang ditujukan kepada kedua mempelai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam koreografi tari Lambangsih.
Tari  ini  dapat  diibaratkan  tari  percintaan  tentang  dewa  dandewi cinta, sehingga gerak yang ditampilkan lebih halus dan agung.
Struktur gendhing dan sajian dalam Tari Lambangsih, yakni:
1.      Sekar Macapat Dhandhanggula laras pelog pathet nem, pada bagian ini penari  putri  berjalan menuju gawang tengah, kemudian bergerak,pada baris ke 8 penari putra  keluar,  dan  pada  baris  terakhir  (10) penari putri srisig menuju penari  putra  melakukan  gerakan sangga nampa sampur.
2.      Ketawang Tumdhah laras pelog pathet nem, meliputi enjeran, sukarsih, usap dagu(penari putri), sekar suwun, mbang pepe(penari putri).
3.      PathetanKemuda laras pelog pathetnem, meliputi kengseran, srisigan, hoyongan, kanthen.
4.      Ketawang  Gandamastuti  laras  pelog  pathet  nem,  saat buka  celuk penari putri srisig menuju  penari  putra  dan  melakukan  gerakan  sembah, kemudian srisig, enjeran, kengser, hoyog kebyok sampur, srisig.
5.      Ketawang  Ilir-Ilir  laras pelog pathet  nem, meliputi ulap-ulap, laku telu ogek,kebyak kebyok sampur
6.      Kodhok  Ngorek  laras  pelog  pathet  barang,  kedua  penari  melakukan gerakan srisig menuju gawang belakang kemudian enjer, diakhiri dengan srisig keluar panggung.

2.2 TATA RIAS TARI LAMBANGSIH
Riasan yang dipergunakan dalam tari Lambangsih mengacu pada riasan tari tradisi Jawa gaya Surakarta. Tata rias dan busana tari tradisi Jawa merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam penyajian sebuah tari. Tujuan tata rias selain untuk mempercantik diri juga untuk membedakan peran atau tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Selain itu, juga untuk mempertegas watak atau karakter, mempertegas garis-garis atau bentuk gerak sehingga dengan tata rias yang baik dapat menimbulkan suasana seperti yang diharapkan.
Tata rias yang digunakan untuk laki-laki pada Lambangsih jenis rias alus luruh karena menggambarkan Bathara Kamajaya yang sangat halus budi pekertinya. Begitu pula penari perempuan juga dirias jenis putih luruh yakni rias muka dari perannya sebagai Bethara Kumarati yang berwatak halus.
Pada bagian tengah antara alis diberi tata rias ’laler mencok’ berwarna hitam. Laler Mencok merupakan hiasan tambahan. Bagian pelipis kanan dan kiri dibentuk sogokan. Sogokan merupakan tiruan atau penebalan sinom atau anak rambut yang tumbuh disekitar pelipis.
Sogokan selalu disambung dengan garis ke bawah yang biasa disebut godheg atau cambang terletak pada kedua pipi yakni pipi kiri dan pipi kanan. Bentuk sogokan dan godheg luruh. Tata rias mata antara lain eye shadow berwarna cokelat kemerah-merahan, garis mata untuk mempertebal watak, dan bulu mata. Bibir dirias dengan lipstik berwarna merah, begitupun pipi juga diberi warna pipi yang sedikit merah.

2.3 TATA BUSANA TARI LAMBANGSIH
Tata Busana tari Lambangsih terdiri dari: irah-irahan, sumping, kelat bahu, kalung ulur, epek timang, kain, bara samir, celana pendek, gelang, uncal, keris, kalung penanggalan, mekak, dan sampur .

1.      Irah-irahan
Sebagai penutup kepala yang juga disebut Gelung Minangkara untuk Kamajaya dan Gelung Keling untuk Kamaratih.
2.      Sumping
Dikenakan pada telinga. Bagian bawah ditambah gombyok, yakni sejenis benang yang diikat hingga menjuntai ke bawah.
3.      Kalung Pananggalan dan Kalung Ulur
Dikenakan di leher. Kalung Ulur dikenakan tokoh Kamajaya, sedangkan kalung Penanggalan dikenakan untuk tokoh Dewi Ratih. Gelang, dikenakan pada pergelangan tangan warna kuning keemasan.
4.      Kelat Bahu
Dikenakan pada lengan atas biasanya bentuknya seperti burung, ini bentuknya juga semacam gelung.
5.      Epek Timang
Dikenakan untuk penari putri, merupakan satuan dengan sabuk dan slepe.
6.      Keris
Dikenakan pada tokoh Kamajaya di tubuh bagian belakang tepatnya punggung bawah.
7.      Uncal
Merupakan dua utas tali bagian ujungnya dikaitkan dengan gombyok dan pada ujung-ujungnya yang lain dihubungkan dengan kulit berbentuk melengkung berwarna kuning keemasan yang biasa disebut badhog, dikenakan tokoh Kamajaya.
8.      Binggel
Gelang yang dikenakan pada pergelangan kaki.
9.      Kain jarik
Dikenakan pada tari Lambangsih. Pemakaian kain melingkar dibagi dua sisi. Bagian kain bertemu di tengah tumpang tindih, adapun yang berbentuk wiron berada di tengah penutup lingkaran kain yang dari lingkaran pinggang kiri.
Pemakaian kain untuk laki-laki, kain jarik yang menutup pinggang dililit dengan sabuk, pemakaian sabuk dililitkan melingkar dari kanan ke kiri dimulai pada bagian perut menuju ke bawah hingga menutup pinggang. Pada lilitan pertama dipasang bara untuk pangkal paha kanan dan samir untuk pangkal paha kiri. Sabuk diikat dengan pengikat epek timang. Pada pengikat epek timang digantungi uncal dan sampur. Lilitan ketiga atau keempat pada sabuk tempat dikenakan keris.
Leher mengenakan kalung ulur yang menjuntai ke bawah dada, pada ujung kalung ulur dikaitkan dengan pengikat epek timang. Lengan atas dikenakan kelat bahu, lengan bawah dikenakan gelang. Kepala mengenakan irah-irahan yang menutupi dahi bagian atas kemudian ditarik ke belakang. Sumping dikenakan pada kedua telinga. Sedangkan binggel dikenakan pada pergelangan kaki. Pemakaian tata busana putri diawali dengan pemakaian kain jarik panjang melingkar dari badan sampai kaki dengan menggunakan samparan. Samparan yang dimaksud adalah pucuk kain sebelah kanan yang ditarik memanjang ke belakang.

2.4    GERAKAN TARI LAMBANGSIH
1.      Urutan gerak pada tembang Dhandhanggula Macapat laras pelog pathet nem.
Diawali penari putri(Pi) keluar jalan kapang-kapang dilanjutkan srisig,sindhet,sekaan laras lala. Sindhet,lembehan separo,sindhet,ngayang glebag kiri,srisig maju bertemu penari utama (Pa). Pada cakepan andher maring bawana,(gong buka ketawang) penari putra (Pa) srisig keluar, bertemu dengan (Pi).
Keterangan :
         Urutan sekaran ini merupakan penggambaran rasa keceriaan dari mempelai wanita pada saat               menunggu mempelai pria sebelum bersanding di pelaminan. Simbol rasa keceriaan tersebut                 tergambar pada sekaran lembehan separo sampai srisig maju/mau bertemu dengan pasangannya.
2.      Gendhig Ketawang Tumadhah laras pelog pathet nem.
Dari gong pertama sampai dengan gong kedua, urutan gerakannya : ( Pi + Pa) saling berhadapan penthang kedua asta.
Pi : - Pacak gulu, glebag kiri tawing kiri, pacak gulu, glebag kiri, jengkeng tawing kiri.
- Pacak gulu, seleh asta kiri, ukel asta kanan ( ukel kanan ), pacak gulu,ukel kembar,berdiri.
Pa : - Pacak gulu, ingset tanjak tancep kiri,pacak gulu,besut tanjak panggah.
- Sekarang encot satu kali,panggel, ukel kembar (gathuk kedua asta dengan penari putri).
Keterangan :
Saat mulai masuk gendhing Ketawang Tumadhah dengan bertemunya kedua penari ( penari putra dan penari putri ) merupakan penggambaran rasa cinta kasih dan kebersamaan, yang disimbolkan pada sekaran saat bertemunya sepasang penari (penari putra dengan penari putri) sampai dengan penari putri melakukan sekaran encot satu kali dan dilanjutkan panggel ukel kembar bertemu (gathok kedua tangan dengan penari putri).
Dari gong kedua sampai gong ketiga
Pi : Jalan nacah usap asta (panahan nacah) kanan, kiri, kanan, kiri, glebag ke kanan nacah kaki kanan, kiri dengan ukel tanggung kedua asta, glebak ke kiri, usap nacah kanan, kiri, kanan, kiri, ambil sampur, glebag kiri maju kaki kiri, rema sampur.
Pa : Glebag ke kanan tanjak tawing kiri,srimpet kaki kiri gejug kaki kanan,kengser mango,tanjak kanan,glebag kiri,tanjak kiri,kebyok kiri penthang kanan.
Dari gong ketiga sampai gong ke 4:
Pi: Pacak gulu,kipat srisig dilanjutkan srisig kiri,panggel dengan sampur tanjak kiri.
Pa : Hoyog kebyak sampur kiri,maju kaki kanan lumaksana laras sekali,tanjak kiri,hoyog njujut kaki kiri,tanjak kanan sangga karna kanan.
Dari gong ke 4 sampai gong ke 5
Pi : Debeg gejug kiri,cul sampur kiri,maju srimpet kaki kiri,asta kiri lurus kesamping kaki kiri,asta kanan pentang sampur kanan,maju kaki kanan (jejer),gejug kaki kiri nembat asta kanan,maju kaki kiri srimpet,kebyok kanan kedua kaki jejer,ngembat asta kiri,gejug kaki kiri,kebyok sampur kanan,debeg gejug,kanan,penthang kiri,cul sampur kanan,maju kaki kanan sindhet.
Pa : Ingset tanjak kiri,tadhah ke kiri,ingset tanjak kanan tadhah kanan,glebag kiri gejug kanan,kengser ke kanan mango,balik kanan gejug kengser,tanjak panggah.
Dari gong ke 5 sampai gong ke 6
Pi : Hoyog kanan tanpa sampur,debeg gejug kiri maju kiri,ukel kedua asta ke atas, trap puser kiri,ukel karna,asta kana trap cethik,badan mayung ke kiri,tanjak kanan leyek ke kanan,debeg gejug kiri,penthang kedua asta,glebag kiri keboyok kanan gejug kanan.
Pa : Ukel karna kiri,ogek lambung,dilanjutkan nggrageh lung,nyabet.
Dari gong ke 6 sampai gong ke 7
Pi : Srisig mundur (irama lamba) kedua asta trap puser (asta kanan) kebyok sampur,asta kiri grayug,kebyok sampur kanan,gejug kiri penthang kanan,ogek lambung 3 x (sekar suwun) gejug kiri ukel kanan.
Pa : Ngancap kipat srisig ngrekatha,srisig ke belakang putri sekar suwun.
Dari gong ke 7 sampai gong ke 8
Pi : Glebag kiri ogek lambung 3 x,ukel tawing kiri,debeg gejug kanan penthang kiri,ngembat penthang kanan,kengser ke kiri panggel ngaras,ngayang ke kiri,seblak kedua sampur.
Pa : Gejug kengser ke kanan,ogek lambung 3 x,ukel tawing kiri,gejug kiri penthang kanan,ngembat,kengser ke kiri,panggel ngaras,balik kiri tanjak,kebyok kiri penthang kanan.  
Keterangan :
Pada bagian ini semua sekaran baik penari putri maupun penari putra menggambarkan rasa kedamaian hati dari kedua mempelai. Sebagi sekaran-sekaran tersebut. Gerakan antara penari putrid an penari putra saling mengisi dengan komunikasi yang berkesan harmonis.
Dari gong ke 8 sampai gong ke 9
Pi : Sekaran Kembang Pepe glebagan, dilanjutkan sampir sampur ke pundhak kanan.
Pa : Sidangan kebyok satu kali,kipat srisig,srisig putar kanan mendekat putri nampa sampur.
3.      Pathetan Kumuda
Pi : - Leyekan kengser ke kanan,kiri adu siku kiri.
- Srisig putar ke kiri,dicandhet,penthang asta kiri ke depan amju kaki kiri ke depan,putar ke kiri sindhet kanan,ngayang kiri adu kanan penthang kanthen kanan.
- Srisig putar ke kanan kanthen asta kanan,tanjak kanan tawing kiri.
- Glebag kanan kengser ke kanan penthang kiri,glebag kanan sindhet.
- Sekaran laras pangkur.
Pa : - Leyekan kengser ke kiri,kanan,memutar ke kanan glebag kanan adu siku kiri.
- Sirisig putar ke kiri,nyandet penthang asta kanan ke depan,glebag kanan,glebag kiri,sindhet,ngayang glebag kiri atau kanan penthang kanthen kanan.
- Srisig putar kanan,jengkeng pangkon,asta kanan tawing,pancake gulu.
- Berdiri glebag kanan tawing kiri jalan napak miring ke kanan,tanjak kiri.
- Glebag kiri (hadapan putri) besut tanjak tancep lilingan,ingsetan,tawing kanan.
Keterangan :
Pada pathetan Kemuda, suasana berubah menjadi sedikit tegang/konflik digambarakan pada sekaran penari putri leyekan,kengser sampai penari putra bergerak berdiri glebag kanan tawing kiri. Hal ini merupakan symbol pada mempelai berdua bahwa dalam mengarungi kehidupan tidaks elamabnya berjalan mulus,damai,bahagia,namun ada kalanya sedikit banyak ada selisih paham/pendapat yang bisa dijadikan sebgai variasi (bumbu penyedap) prose kehidupan menuju proses pendewasaan.

4.      Gendhing Ketawang Gandmastuti laras pelog pathet nem
Pi : - Ngayang glebag kiri srisig maju jengkeng nyembah putra.
- Udhar asta (ukel kembar),berdiri srisisg mundur,glebak kanan penthang kiri gejug kanan.
- Jalan nampak miring ke kanan tawing kiri,pacak gulu,kebyok kiri penthang kanan.
- Hoyogan kebyok kiri glebag kiri kipat srisig putra kanan kebyok kebyak sampur seblak kedua sampur tanjak kanan.
Pa : - Besut,tanjak grekatha
- Ukel kembar srisig maju/ngoyak glebag kanan penthang kiri gejug kanan.
- Jalan napak ke kanan tawing kiri, asta kanan merangkul pundhak putri,pacak gulu,glebag kiri tanjak kebyok kiri penthang kanan.
- Hoyogan kebyak kiri,glebag kiri kipat srisig,srisig putar ke kanan kebyok kebyak kedua sampur tanjak kanan.
Keterangan :
Pada bagian ini mulai masuk gendhing ketawang gandamastuti laras pelog pathet nem. Pada bagian ini suasana berubah menjadi rujuk kembali yang diikuti dengan ucap syukur atas memudarnya benang kusut sebgai konflik dalam kehidupan rumah tangga. Hal ini disimbolkan pada sekaran : kedua penari (penari putra dan penari putri) berjalan napak miring bersama ke kanan sampai penari putra kemudian melakukan gerakan srisik putar ke kanan dilanjutkan sekaran kebyok kebyak kedua sampur dan kemudian tanjak kanan.
5.      Ketawang Ilir-ilir laras pelog pathet nem
Pi : - Sekaran ulap-ulap kiri ingsetan kaki,singget dengan srisig maju,glebag kanan tanjak kanan penthang asta kiri ke depan,asta kanan tekuk di sebelah siku kiri sambal ukel.
- Sekaran luluran dilanjutkan ngelus rikma singget tanjak kanan kebyok kedua sampur.
- Sekaran kebyok kebyak sampur.
- Lumaksana jajak (maju) entrak kanthen asta.
Pa : - Sekaran dolanan sampur dilanjutkan sidangan kebyok kebyak,pondongan laku telu,srisig maju tanjak kanan ukel karna kembar.
- Sekaran penthangan ukel karna dilanjutkan lilingan.
- Sekaaran kebyok kebyak sampur sambal berjalan.
- Lumaksana jajak entrak kanthen asta.
Keterangan:
Masuk Ketawang Ilir-ilir pelog pathet nem : suasan berubah menjadi mesra menuju asmara yang digambarkan pada sekaran-sekaran kebar dari kedua penari (penari putri dan penari putra) ayng merupakan symbol dari cumbuan-cumbuan mesra (keharmonian).
6.      Gendhing Kodok Ngorek,laras pelog pathet barang.
Pi : - Jalan maju 3 langkah,kipat srisig kanthen dengan putra,srisig putar bersama hadap depan pentahng kiri jalan napak ke kanan,kengser ke kanan penthang asta kanan leyek kanan asta kiri atas (ngithing).
- Ngembat kiri penthang asta kiri,glebag kanan,kipat srisig,srisig kanthen dengan putra masuk.
Pa : sekaran sama dengan putri.
Keterangan :
Masuk Gendhing Kodok Ngorek merupakan ini kehidupan yang didambakan oleh emua orang dalam mengarungi bahtera kehidupan di dalam berumah tangga/berkeluarga adalah meneruskan keturunan dengan lahirnya anak-anak yang sangat dicintainya sebagai buah hati dari cinta kasih mereka. Sebagai symbol proses bercinta digambarkan pada sekaran-sekatran dari kedua penari (penari putra dan penari putri) berjalan napak maju tiga langkah sampai srisig kanthen bersama kedua penari. Kemudian kedua penari masuk,meninggalkan arena pentas.




BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tari Lambangsih dalam upacara adat pernikahan adat Jawa merupakan makna simbolik kehidupan rumah tangga, dari proses manusia muda hingga memasuki gerbang rumah tangga dengan segala permasalahannya. Kata Lambangsih berarti sesuatu seperti tanda yang menyatakan sesuatu hal atau nasehat . Sih berasal dari kata asih, maksudnya kasih sayang.
Jadi, tari Lambangsih adalah pernyataan kasih sayang atau cinta kasih dari seseorang kepada orang lain. Dengan demikian, tari Lambangsih memang merupakan tarian pasangan putra-putri yang di dalamnya mengandung maksud untuk menyatakan cinta kasih. Tokoh laki-laki yakni Kumajaya mempunyai watak atau karakter yang halus dan Kumaratih mempunyai karakter branyak, yakni putri yang sedikit lanyap.
Tarian Lambangsih memang menggambarkan kemesraan dua kekasih yang saling memadu kasih. Dengan demikian, tepatlah apabila tarian tersebut disajikan dalam resepsi pernikahan agar kedua mempelai bisa langgeng dalam berumah tangga, layaknya Bethara Kumajaya dengan istrinya yakni Bethari Kumaratih.












DAFTAR PUSTAKA
Dwiyasmon.2006.Simbolisme Tari Lambangsih dalam Upacara Perkawinan Adat Jawa Surakarta.Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni.Vol.VII No.2/Mei.1-8.(https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/view/805, diakses pada tanggal 27 Oktober 2019).
____.2018.Tari Lambangsih:Iringan, Tatarias, dan Busana Tari Lambangsih. (https://www.senibudayaku.com/2018/07/tari-lambangsih-iringan-tatarias.html, diakses pada tanggal 27 Oktober 2019).
Meylia Dwi Ayunda Kusumastika.2016. Tari Gaya Surakarta Putri (Wireng-Pethilan/Pasihan/Srimpi/Gambyong).[skripsi].Surakarta (ID): Institut Seni Indonesia Surakarta.
Heny Hartati.2016.Tari Gaya Putri Surakarta (Bedhaya,Srimpi,Pasihan,Gambyong).[skripsi].Surakarta (ID): Institut Seni Indonesia Surakarta.
El.2017. Apresiasi Tari Merak dan Beksan Lambangsih.(https://sappysummer.blogspot.com/2017/04/apresiasi-tari-merak-dan-beksan.html, diakses pada tanggal 6 November 2019).
http://eprints.ums.ac.id/42035/4/BAB%20I.pdf, diakses pada tanggal 6 November 2019

SUMBER GAMBAR
https://www.senibudayaku.com/2018/07/tari-lambangsih-iringan-tatarias.html

Comments

Popular posts from this blog

TUGAS 3 : UPACARA ADAT

TUGAS 8 : ANALISIS TENTANG MASALAH SARA